Manado, Sulawesi Utara – Industri perfilman Indonesia segera diguncang dengan kehadiran film horor terbaru, “Mariara”.
Film ini membawa warna baru dengan mengangkat budaya lokal Minahasa dan bahasa Melayu Manado,
menjadikannya sebagai mahakarya yang memadukan elemen mistis dengan sentuhan kearifan lokal.
“Mariara” yang diproduksi oleh Gorango Pictures dan disutradarai oleh Veldy Reynold, akan tayang serentak di seluruh Indonesia pada 28 November 2024.
Sebagai genre horor thriller, “Mariara” mengemas atmosfer mencekam yang khas, dibalut dengan elemen budaya yang belum banyak tereksplorasi di industri perfilman nasional.
Film ini memiliki potensi besar untuk merebut perhatian penonton, khususnya melalui pendekatan pemasaran yang strategis.
Mengupas Peluang dan Tantangan Pemasaran
Sejak awal proses produksi pada tahun 2018, “Mariara” sudah memunculkan antusiasme di kalangan masyarakat Manado.
Namun, untuk bersaing di pasar nasional yang penuh dengan film horor besar seperti “KKN di Desa Penari”, strategi pemasaran menjadi kunci utama.
Menurut Igak Satrya Wibawa, S.Sos, MCA, Ph.D., seorang ahli komunikasi, suksesnya film horor sering kali ditentukan oleh strategi pemasaran yang mampu membangun hype, terutama di era digital.
Oleh karena itu, tim produksi “Mariara” dihadapkan pada tantangan untuk menciptakan daya tarik di luar pasar lokal Sulawesi Utara.
Strategi Pemasaran Berbasis Audiens
Agar “Mariara” dapat menembus pasar nasional, diperlukan langkah-langkah pemasaran yang terencana dan berbasis data audiens.
Berikut adalah strategi pemasaran yang bisa diterapkan:
Segmentasi Audiens yang Tepat Memahami karakteristik penonton film horor adalah langkah awal.
Apakah target audiens lebih menyukai cerita mistis, adegan jumpscare, atau atmosfer yang menyeramkan? Analisis ini membantu menentukan elemen promosi yang paling relevan.
Pembuatan Trailer yang Viral Trailer “Mariara” harus dirancang untuk menggugah rasa penasaran penonton melalui cuplikan adegan intens, pengenalan karakter, serta elemen budaya yang membedakannya dari film horor lainnya.
Optimalisasi Media Sosial Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi medan promosi utama.
Konten berupa behind-the-scenes, tantangan horor, atau trivia budaya Minahasa dapat menarik perhatian generasi muda, sekaligus memperluas jangkauan promosi.
Kemitraan dengan Influencer Menggandeng influencer atau kritikus film dengan audiens besar dapat mempercepat penyebaran informasi sekaligus membangun kredibilitas film di mata calon penonton.
Eksplorasi Kearifan Lokal Menonjolkan elemen budaya Minahasa, seperti tradisi mistis dan keunikan bahasa Melayu Manado, dapat menjadi daya tarik tambahan yang membuat film ini unik di pasar nasional.
Optimisme untuk Perfilman Lokal
Film “Mariara” bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga medium untuk memperkenalkan budaya lokal ke khalayak yang lebih luas.
Jika dipasarkan dengan tepat, film ini memiliki peluang besar untuk menjadi fenomena nasional, sekaligus membuka jalan bagi lebih banyak karya lokal dari Sulawesi Utara.
Mari kita nantikan, apakah “Mariara” akan menjadi pembuka era baru bagi perfilman horor Indonesia? Jangan lewatkan tayang perdananya, dan bersiaplah untuk merasakan teror yang autentik dari tanah Minahasa!
Nouver Tumbelaka