Example floating
Example floating
Opini

“Evaluasi Kampanye Politik Pilkada 2024: Mengatasi Penurunan Partisipasi dan Tantangan Waktu Kampanye yang Terbatas”

×

“Evaluasi Kampanye Politik Pilkada 2024: Mengatasi Penurunan Partisipasi dan Tantangan Waktu Kampanye yang Terbatas”

Sebarkan artikel ini

Oleh : Fajri Syahiddinillah
(Pegiat Pemilu dan Mahasiswa MIKOM UMJ)

Pilkada 2024 menjadi momentum penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Namun, realitas menunjukkan adanya tantangan serius berupa penurunan partisipasi masyarakat.

Example 300x600

Fenomena ini tidak hanya mengancam legitimasi demokrasi elektoral, tetapi juga memunculkan pertanyaan tentang efektivitas kampanye politik dalam merespons dinamika sosial-politik masyarakat.

Dalam konteks ini, evaluasi menyeluruh atas strategi kampanye dan perumusan pendekatan yang lebih substansial menjadi kebutuhan mendesak, terutama di tengah terbatasnya waktu kampanye.

Memahami Penurunan Partisipasi: Sebuah Refleksi
Penurunan partisipasi dalam Pilkada 2024 bukanlah fenomena yang terjadi secara kebetulan.

Beberapa faktor mendasari tren ini, salah satunya adalah kejenuhan politik masyarakat akibat intensitas polarisasi yang terjadi pada Pemilu sebelumnya.

Polarisasi tersebut tidak hanya membelah masyarakat, tetapi juga menyisakan apatisme politik yang semakin meluas, terutama di kalangan pemilih muda.

Selain itu, keterbatasan waktu kampanye yang hanya 75 hari—sesuai dengan regulasi yang diterapkan—membuat banyak kandidat kesulitan menjangkau masyarakat secara merata.

Sementara itu, isu-isu fundamental seperti kesenjangan ekonomi, pengangguran, dan kualitas pelayanan publik yang belum teratasi turut memperkuat persepsi negatif masyarakat terhadap politik.

Ketidakpercayaan pada janji kampanye yang sering kali tidak terealisasi semakin memudarkan antusiasme masyarakat untuk terlibat dalam proses demokrasi ini.

Strategi Menjawab Tantangan: Kampanye yang Bermakna
Dalam situasi seperti ini, kampanye politik tidak bisa lagi sekadar mengandalkan pendekatan konvensional.

Dibutuhkan strategi yang adaptif, berbasis data, dan benar-benar mampu menjawab keresahan masyarakat.

Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diambil:

Mengutamakan Narasi yang Substantif dan Solutif Kandidat harus mengubah paradigma kampanye dari sekadar menjual citra menjadi menyampaikan program-program konkret yang solutif. Isu-isu seperti pemulihan ekonomi pasca-pandemi, penguatan sektor pendidikan, dan penyediaan lapangan kerja harus menjadi fokus utama.

Narasi yang diusung harus relevan, realistis, dan mampu menjawab kebutuhan spesifik masyarakat di setiap wilayah.

Pendekatan Micro-targeting Berbasis Data Dalam waktu yang terbatas, efektivitas kampanye dapat dimaksimalkan dengan pendekatan berbasis data. Micro-targeting memungkinkan kandidat untuk menyasar segmen masyarakat tertentu dengan pesan yang disesuaikan.

Misalnya, kampanye untuk kelompok petani dapat difokuskan pada solusi peningkatan produktivitas pertanian, sementara kampanye untuk pemilih muda dapat menyentuh isu-isu digitalisasi dan lapangan kerja.

Memanfaatkan Teknologi Digital Secara Maksimal Di era digital, media sosial menjadi ruang kampanye yang tidak hanya hemat biaya tetapi juga efektif menjangkau pemilih muda yang jumlahnya dominan.

Penggunaan konten kreatif seperti video pendek, infografis interaktif, dan dialog daring dapat meningkatkan engagement.

Namun, pemanfaatan digital harus diimbangi dengan narasi yang mendalam, bukan sekadar kampanye dangkal berbasis gimmick.

Membangun Relasi melalui Kampanye Dialogis Pendekatan dialogis harus menjadi prioritas. Masyarakat tidak hanya ingin mendengar, tetapi juga didengar.

Forum-forum kecil seperti diskusi publik, kunjungan komunitas, dan dialog dengan kelompok marginal dapat menciptakan ikatan emosional sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kandidat.

Menggandeng Tokoh Lokal dan Komunitas Kepercayaan masyarakat terhadap tokoh lokal seperti pemuka agama, tokoh adat, atau pemimpin komunitas tetap tinggi.

Melibatkan mereka sebagai jembatan komunikasi politik dapat memperluas jangkauan kampanye sekaligus memperkuat legitimasi kandidat di mata masyarakat.

Membangun Demokrasi yang Inklusif
Pilkada 2024 harus menjadi momentum untuk memperkuat kualitas demokrasi Indonesia.

Penurunan partisipasi bukan sekadar angka statistik, tetapi cerminan krisis kepercayaan masyarakat terhadap politik.

Oleh karena itu, kampanye politik harus mampu menjadi instrumen perubahan, bukan sekadar ajang perebutan kekuasaan.

Dengan mengedepankan pendekatan yang lebih substansial, berbasis solusi, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, para kandidat dapat membangun kembali antusiasme dan kepercayaan publik.

Pada akhirnya, kesuksesan Pilkada 2024 bukan hanya diukur dari siapa yang menang, tetapi sejauh mana proses ini mampu menginspirasi masyarakat untuk kembali percaya pada politik sebagai alat mencapai kesejahteraan bersama.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *