Example floating
Example floating
Sukabumi

Hari Buruh: Ketika Buruh Jadi Komoditas Musiman

×

Hari Buruh: Ketika Buruh Jadi Komoditas Musiman

Sebarkan artikel ini

Sukabumi – republiknews.com – Setiap mendekati tanggal 1 Mei, negeri ini seperti orkestra yang mendadak memainkan lagu simpati. Para pejabat mengangkat suara, media sibuk mengutip pernyataan, dan spanduk bertuliskan “Buruh adalah Pahlawan” tiba-tiba bertebaran di mana-mana, seperti bunga plastik yang mekar tanpa musim.

Tiba-tiba, semua jadi dermawan: pejabat berlomba mengumbar kata manis, media sibuk membungkus liputan dengan pita merah, dan para bos pabrik mendadak mendukung kesejahteraan buruh — sambil di hari yang sama, diam-diam menyiapkan surat PHK untuk bulan depan.

Ironis, sebab sepanjang tahun, nasib buruh lebih sering diperlakukan sebagai statistik mati dalam laporan tahunan ketenagakerjaan. Suara-suara tentang kesejahteraan hanya menggema ketika panggung politik membutuhkan penonton tambahan, bukan karena ada niat sungguh-sungguh memperbaiki nasib mereka.

Di negeri ini, untuk sekadar menjadi buruh pabrik pun, jalan menuju mesin produksi harus dibayar mahal. Jutaan rupiah menguap dalam skema “biaya administrasi” yang tak resmi namun nyaris dilembagakan oleh budaya korupsi kecil-kecilan.

Bagi banyak anak muda desa, mimpi sederhana bergaji UMR justru dimulai dari utang — sebuah investasi getir di negara yang katanya menjunjung tinggi hak bekerja.

Sementara di ruang-ruang berpendingin udara, para elit berdiskusi tentang “indeks pembangunan manusia” dan “transformasi industri 4.0”, seolah-olah upah yang tak cukup untuk sekadar hidup layak hanyalah angka-angka remeh dalam grafik warna-warni.

Demonstrasi dan orasi mungkin akan memenuhi jalanan pada 1 Mei. Kamera akan sibuk memotret, wartawan akan sibuk melaporkan, dan para pejabat akan sibuk membuat pernyataan yang lebih pantas dipajang di baliho daripada dibuktikan dalam kebijakan nyata.

Lalu, ketika panggung ini bubar, para buruh akan kembali ke pabrik dengan gaji tipis, status kontrak tanpa kepastian, dan beban kerja yang tak mengenal belas kasihan.

Sementara itu, janji-janji perubahan akan perlahan menguap, seperti biasa, menunggu 1 Mei tahun depan untuk kembali didaur ulang.

Karena di republik ini, buruh memang diberi ruang untuk didengar — setahun sekali, dalam seremoni yang lebih mirip festival pura-pura peduli.

(Budi.AF)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *