Lampung, Republiknews.com – Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Provinsi Lampung menilai pendampingan terhadap petambak udang vaname di kabupaten Lampung Timur perlu dilakukan guna meningkatkan produksi sektor perikanan budidaya.
“Pemerintah daerah maupun pusat harus memberikan pendampingan, agar produksi udang dari Lampung Timur kembali berjaya,” kata Edi Arsadad, Usai melakukan kunjungan ke Tambak
Udang vaname merupakan salah satu komoditas yang pernah dikembangkan pelaku usaha perikanan di kabupaten Lampung Timur. Petani masih menggunakan pola budidaya tambak tradisional karena dinilai pasar komoditas itu cukup menjanjikan.
Edi mengatakan, guna memaksimalkan produksifitas perlu adanya pendampingan dan pemberdayaan petambak, Ia menyayangkan saat ini ratusan hektar tambak di Lampung Timur terbengkalai karena kurangnya pengetahuan warga tentang budidaya udang sehingga banyak petambak merugi.
“Harus ada yang memberikan pembekalan kepada masyarakat pelaku usaha perikanan cara membudidayakan udang vaname, kemudian bagaimana pengaturan sirkulasi air dan pemberian pakan termasuk cara menabur benur, serta penggunaan nutrisi yang benar” kata dia menjelaskan.
Menurutnya, sudah seharusnya petambak udang diberikan pemahaman tentang metode budidaya yang baik dan benar, meskipun model tambak di gunakan masih cukup tradisional, namun jika pola dilakukan tepat makan dipastikan produksi akan lebih maksimal.
Tingkat keberhasilan produksi udang vaname di sektor perikanan budidaya jauh lebih tinggi dibanding udang windu yang rentan terhadap penyakit, sehingga petambak saat ini rata-rata mengembangkan budidaya udang vaname.
“Produk komoditas udang Vaname dari Lampung Timur banyak dilirik pasar, sebelumnya produk udang Windu asal Lampung Timur juga pernah berjaya” terangnya.
Muhammad Subakir warga Karya Tani, Kecamatan Labuhan Maringgai mengatakan saat ini dirinya juga masih menabur benur, Namun baru berumur 20 hari sudah lebih dari separuh benurnya mati.
Subakir mengatakan tidak mengetahui secara pasti apa yang mengakibatkan udangnya mati.
Ia juga telah menggunakan berbagai macam obat dan nutrisi untuk meminimalisir kematian benur yang ditebarnya.
“Ini umur 20 hari saya tabur 60 ribu ekor benur, namus sudah lebih separuh yang mati. Airnya juga menjadi merah seperti berkarat” ujarnya.
Subakir berharap pemerintah bisa memberikan pendampingan kepada petambak udang yang ada di desanya.
“Kami berharap pemerintah memberikan perhatian kepada kami, dan ada pendampingan sehingga petambak bisa benar benar bisa berhasil” tutupnya. (Rasyid)