Example floating
Example floating
Example 728x250
Aceh

MONISA dan Jejak Kerajaan Islam yang Terlupakan

273
×

MONISA dan Jejak Kerajaan Islam yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini

ACEH TIMUR, Republiknews.com – Agama Islam pertama kali masuk ke Asia Tenggara melalui pesisir pantai Timur Provinsi Aceh, tepatnya di wilayah Peureulak, yang saat ini masuk dalam kawasan pemerintahan Kabupaten Aceh Timur.

Kerajaan ini didirikan pada tahun 840-864 Masehi dengan raja pertamanya yaitu Sultan Alaiddin Said Maulana Abdul Aziz Syah. Sebelumnya, kerajaan ini diproklamirkan oleh Sultan Said Maulana Abdul Aziz Syah pada 1 Muharram 225 Hijriah, bertepatan dengan 840 Masehi.

Example 300x600

Dari berbagai sumber sejarah sudah sangat jelas disebutkan, bahwa jejak kerajaan Islam di kawasan Asia Tenggara bermula dari Bandar Khalifah, (Paya Meuligo) Peureulak, Aceh Timur hingga disebarkan oleh para Ulama-ulama ke wilayah lainnya di Nusantara.

Namun mirisnya, jejak leluhur dan tempat kebesaran agama Islam yang menjadi pondasi dalam hidup ini seakan terlupakan begitu saja, kondisi dan jejak kerajaan ini sungguh sangat menyayat hati. Mengapa tidak, bayangkan, sejak berdirinya pada 12 Abad silam, lokasi dan tempat makam para raja yang telah berjasa ini seakan luput dari perhatian.

Bahkan, sampai saat ini wacana Monumen nasional islam Asia Tenggara (MONISA) yang sebelumnya digadang-gadangkan akan dibangun belum juga terwujud sampai saat ini.

Lokasi yang rencananya akan dijadikan sebagai bukti peradaban Islam dan pusat penelitian sejarah, masih tampak sejumlah bangunannya dalam kondisi memperihatinkan sebagai tempat yang paling bersejarah dan megah.

Sebelumnya, Wacana pendirian MONISA di lokasi situs Kerajaan Peureulak ini dianggap penting sebagai tempat pertama kalinya ajaran Islam berkembang hingga ke pelosok tanah Indonesia, bahkan Asia Tenggara.

Bahkan, dari sejumlah referensi yang ditemui penulis pembangunan MONISA sempat dibahas pada pertemuan penting oleh tokoh-tokoh dari Aceh di Rantau Kuala Simpang (Aceh Tamiang).

Acara itupun berlangsung sejak 26 hingga 30 September 1980. Seminar internasional ini menghadirkan para pemateri seperti, Prof Buya Hamka, Prof Ali Hasjmy, Prof Madya dan juga Dr Wan Hussein Azmi dari Malaysia. Bahkan turut hadir juga Prof Dr Arum Komar Das Gupsta dari India, serta sejumlah pembanding lainnya.

Saat ini, selama 40 tahun telah berlalu dari pertemuan bersejarah yang dimotori oleh Ali Hasjmy itu, kondisi komplek makam para raja di Peureulak masih tampak biasa – biasa saja.

Bahkan, bangunan berbentuk bilik Dayah (pesantren), dan balai di komplek makam Sultan Alaiddin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah (Sultan Abdul Aziz Syah) Peureulak, terancam roboh.

Kondisi miris ini sebelumnya sempat diberitakan oleh media massa media , di komplek pemakaman raja pendiri agama Islam pertama di Asia Tenggara ini terlihat tak terawat, dan juga terkesan kumuh.

Selain balai ditengah komplek pemakaman yang telah rusak, bilik Dayah yang berkontruksi kayu yang ada di lokasi ini juga tampak telah lapuk dan hampir roboh. Namun, juga terdapat beberapa bangunan baru lainnya seperti ruang kantor yang telah dibangun, walaupun kurang difungsikan.

Sejumlah elemen di Aceh Timur sangat mengkhawatirkan dengan kondisi komplek makam Sultan pendiri agama Islam di Asia Tenggara ini.

Selain makam Sultan Alaiddin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah, di sampingnya juga terdapat makam permaisurinya Putri Makhdum Khudawi yang ada di komplek makam ini, dan berlokasi Desa Bandrong, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.

Salah seorang dosen dari IAIN Ar-Raniry Banda Aceh yang ditemui penulis saat berkunjung ke lokasi ini beberapa waktu lalu menuturkan, mereka sedang melakukan pengumpulan bahan tentang sejarah pertama masuknya islam.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *